Lanjutan dari Part 1, yang belum baca bisa dibuka disini.
Selanjutnya setelah puas melihat Gyeonggijeon Shrine, kami keluar menuju ke katedral yang letaknya dekat dengan Gyeonggijeon.
JEONDONG CATHOLIC CHURCH
Gereja Jeondong terkenal sebagai Gereja paling cantik di Korea & berasitekstur romawi kuno, lengkap dengan pilar-pilarnya yang gagah. Bila mengelilingi Hanok Village. Gereja Jeondong mudah ditemukan karena terletak di pinggir jalan & dari kejauhan terlihat kubah Gereja yang menarik perhatian karena kontras dengan sekelilingnya yang rata-rata dikelilingi rumah model hanok.
Pemandangan yang mempesona ^^ |
Gereja Jeondong menyimpan sejarah para martir yang membawa agama Katholik ke Semenanjung Korea. Di dekat pintu masuk Gereja, terpampang foto-foto para martir beserta sejarah singkat mereka.
Patung Yesus Kristus berdiri anggun dengan menengadahkan kedua tangan seakan menyambut dan memberkati kami yang masuk dari gerbang depan Gereja. Masih di area Gereja, ada gedung berwarna merah bata di sisi gereja dengan taman cantik mengitarinya, disana terdapat patung Yesus Kristus yang sedang terbaring di pangkuan Bunda Maria. Di bagian belakang kami melihat patung Bunda Maria.
Saat sampai di bagian belakang gereja, dekat dengan patung Bunda Maria kami mengambil gambar, dengan latar belakang bagian Gereja yang tampak cantik mempesona, seakan seperti berada di Roma. Disini udaranya sejuk dengan pepohonan rindang membuat suasana teduh.
Sebenarnya kami sangat ingin masuk bagian dalam gereja, tetapi ada palang dengan tulisan dilarang masuk, saya kurang tahu alasannya, karena tertulis dalam bahasa hangul. Padahal bagian dalam gereja tampak sangat cantik dengan lampu gantung & patung dua malaikat yang berada di samping mimbar.
Karena kami kesorean, toko souvenir yang berada di dalam area gereja sudah tutup, saya agak kecewa karena ingin membeli lilin supaya bisa menyalakan & menaruhnya di tempat lilin disana. Besoknya sebelum pulang, suami saya bilang ke satpam penjaga gereja supaya diijinkan masuk ke toko souvenir & tak berselang lama kami diijinkan masuk hehehe.. padahal gereja sedang ditutup karena ada acara pernikahan. Bahagianya!
Salah satu souvenir lucu di toko souvenir Gereja Jeondong |
Setelah bingung memilih-milih, akhirnya saya membeli lilin berwarna kuning. Lilin yang dijual di souvenir shop ini ada beberapa warna seperti biru, pink, hijau & kuning. Semua lilin berlapis gelas dengan warna senada. Cantik semua warnanya
Di toko souvenir milik gereja ini juga dijual gelang rosario yang tertera nama santo santa & nama-nama babtis yang cukup banyak. Pembeli bisa memilih sesuai nama babtis mereka atau bisa juga dijadikan alternatif untuk oleh-oleh yang bersifat lebih personal.
Keluar dari Jeondong Church hari hampir petang, jadi kami memutuskan makan malam sebelum kembali ke guest house.
Karena kami sedang berada di Jeonju, kota yang terkenal sebagai kota gastronomi/kota makanan sehat & juga asal usul makanan Korea yang enak berasal dari Jeonju, maka kami memutuskan mencoba Bibimbap pertama kali disini.
BIBIMBAP
Disajikan dengan 9 side dish, Bibimbap sendiri terdiri dari nasi, daging cacah, taoge, bubuk kacang, aneka sayur yang saya kurang tahu namanya, juga sebutir telur mata sapi yang masih mentah ditengahnya. Cara makannya dicampur jadi satu baru dimakan. Untuk makanan pendampingnya ada 9 (sembilan) macam dengan rasa yang cukup asing di lidah saya.
Bibimbap beserta 9 side dish & segelas Soju |
Restoran yang kami coba terletak di seberang gereja persis, sangat ramai & restoran menempati rumah model hanok. Dilayani oleh bibi yang cekatan karena selain mencatat pesanan kami, beliau juga membersihkan meja & menyajikan makanan kami. Sedangkan yang memasak makanan didapur & memilah-milah adalah 2 orang bibi yang lain.
Di restoran ini kami juga mencoba Soju, minuman fermentasi dari beras khas Jeonju yang terkenal seantero Korea. Kami mencoba soju disini karena dijual per gelas, bukan per botol seperti kebanyakan penjual diluar sana. Untuk rasa soju & bagaimana bibimbap buatan si bibi, sudah saya review di cerita saya sebelumnya disini.
Jeonju Hanok Village merupakan perkampungan dengan rumah-rumah yang bergaya hanok (hanok = rumah tradisional korea). Walaupun Jeonju merupakan kota yang sudah maju, tetapi daerah hanok village masih dijaga kelestariannya sampai saat ini.
Begitu sampai di daerah hanok village, saya seperti kembali ke masa lalu. Perbedaanya, rumah bergaya hanok di pinggir jalan seringnya dijadikan restoran, toko souvenir, toko penyewaan baju hanbok (hanbok = baju tradisional korea, bentuknya seperti rok panjang, dengan pita besar berwarna warni yang cantik), guest house, dll tapi banyak juga yang masih digunakan seperti layaknya rumah tinggal. Oya disini saya melihat banyak pelajar & muda mudi Korea yang memakai baju hanok berseliweran di jalanan di hanok village, sangat cantik ^^
Taman bunga cantik di depan Gyeonggijeon |
Di area hanok village, jarang ditemui hotel karena hotel rata-rata berada di area kota. Tapi bukan berarti tidak ada penginapan di area hanok village. Rata-rata penginapan di hanok village berbentuk guest house, ada yang modern tapi banyak yang masih berbentuk hanok dengan model kamar ondol. (ondol = kamar dengan alas tidur berupa selimut tebal/bed cover, tanpa dipan, dan tidur di lantai yang ada pemanas elektrik). Jaman dahulu pemanasnya alami dari kayu bakar diletakkan dibagian bawah rumah yang bentuknya masih semi panggung.
Toko Roti PNB |
Kami menemukan toko roti yang sepertinya terkenal disana, namanya PNB. Saya mengamati pelajar-pelajar lokal selalu menenteng tas bertuliskan PNB & jadi penasaran tempat apakah PNB itu sampai kami menemukan plang PNB tertera di sebuah rumah hanok berwarna coklat kayu terang, dengan design yang ‘kekar’ menunjukkan kesan kuat & klasik. PNB adalah toko roti yang menjual roti-roti yang sering saya lihat di toko roti pada umumnya di tanah air. Ternyata mereka terkenal dengan choco pie-nya
Salah satu gang di Hanok Village (kiri), Hanok Village dari ketinggian (kanan) |
Saya berjalan santai di pagi hari setelah sarapan. Jalanan di Hanok Village ini sangat bersih & menyenangkan dipakai jalan santai. Rata-rata jalan berbatu/berpaving & jalan rayanya diaspal dengan baik & diberi cat rambu-rambu dengan sangat jelas.
Wisatawan yang sebagian besar adalah pelajar & muda mudi memadati jalanan pagi itu, saya santai berjalan kaki sambil sesekali masuk ke toko souvenir yang menarik, keluar dari salah satu toko souvenir saya mendapatkan beberapa pembatas buku cantik bergambar katedral & gyeonggijeon.
Boneka lucu2 di salah satu toko souvenir |
Di ujung jalan saya mendapati kios kecil yang menjual kerajinan hanbok dalam bentuk gantungan. Saya membeli sebuah & diberi bonus pewangi berbentuk balok-balok huruf warna warni & segenggam biji kopi. Cukup unik ya? hehehe.. biji kopi sebagai pewangi
Hubby mengajak mengambil gambar di beberapa rumah bergaya hanok yang sangat keren & original. Sebenarnya, hampir semua rumah disini membuat kami terpesona
Beberapa penjual makanan yang heboh berjualan di kiri kanan jalan utama, menurut saya “heboh” karena menu mereka yang cukup ekstrim seperti sate sosis yang berukuran besar & panjang, dibakar, diberi saos & beberapa makanan lain yang rata-rata bombabtis karena ukurannya. Tapi mereka semua tampak bahagia memakannya hahaha..
Lepas dari sini kami menuju ke jalan besar terdekat, keluar dari area hanok village. Kami menuju alun-alun tertarik asal suara nyaring kencang dari speaker yang dipasang di alun-alun kota. Ternyata ada pertunjukan menyanyi sambil menari. Yang lucu, penontonnya rata-rata lansia. Mereka diajak naik panggung & bernyanyi menari bersama. Bagi yang beruntung mendapat hadiah. Kami melewati patung menarik di depannya. Ini dia gambarnya
Dari tempat ini mata kami tertuju pada gerbang kota yang terlihat megah dari kejauhan. Ternyata itu adalah Pungnam Mun.
PUNGNAM MUN GATE
Pungnam Mun Gate adalah aset budaya utama di Jeonju. Gerbang Selatan yang berdiri sejak jaman Joseon ini menjadi satu-satunya gerbang yang masih berdiri diantara empat gerbang yang tadinya mengelilingi kota Jeonju.
Hubby ngotot minta berpose didepan gerbang ini hehehe..
Lepas dari sini kami bersiap menuju ke terminal bus untuk melanjutkan perjalanan ke Busan. Iyappp sayang sekali persinggahan kami di Jeonju harus berakhir hiksss… saya & hubby tidak keberatan untuk kembali lagi kesini, mengeksplor lebih banyak tempat di Jeonju, karena memang Jeonju sangat ngangenin & menurut saya pribadi, kunjungan ke Jeonju adalah pengalaman paling berkesan selama di Korea, bukan kota besar yang lain.
Ingin merasakan pengalaman yang kami rasakan? ayukk segerakan agenda ke Jeonju ! Saran kami menginap lebih lama yaa.. karena masih banyak tempat yang kami belum kunjungi disini karena keterbatasan waktu.
Salam Jalan2!
~~0~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar